Analisis
karya sastra Feminisme puisi Chory Marbawi ‘Dialog
seorang Anak Dengan Ibunya Tentang Lukisan Bunga-bunga’
Nama
:
Anju Arwani
NIM
:
A1B114016
Kelas
:
2/B Reguler
Prodi
:
Pend. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
No
Hp : 08983772493
Pendahuluan
Latar Belakang
Feminisme
itu sendiri berasal dari kata Feminism (Inggris) yang berarti gerakan wanita
yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria (Kamus
Besar Bahasa Indonesia Cetakan Ketiga) Pengertian feminisme juga
dikemukakan oleh Kutha Ratna dalam buku yang , berjudul “Teori, Metode, dan
Teknik Penelitian Sastra” mendefinisikan feminisme secara etimologis berasal
dari kata femme (woman), yang berarti perempuan (tunggal) yang
bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas
sosial.
Perjuangan feminisme tersebut dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya lewat karya sastra. Dalam karya sastra membicarakan feminisme berarti
membicarakan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam perspektif gender.
Adapun feminisme
bertujuan meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar
dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Perjuangan serta usaha feminisme
untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara, salah satunya memperoleh hak
dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki (Djajanegara, 2000:4).
Kritik sastra feminisme banyak jenisnya, menurut Djajanegara (2000:27:39),
ada enam jenis dari kritik sastra feminisme yaitu 1. Kritik ideologis yaitu
kritik yang mempertajam pisau analisis feminisme terhadap citra seorang
perempuan terhadap karya sastra, juga menganalisis sebab-sebab tidak
diperhitungkannya perempuan dalam menciptakan sebuah karya sastra, 2. Kritik
yang mengkaji penulis-penulis wanita yaitu kajian yang dipusatkan pada analisis
sejarah para sastrawan perempuan, tema yang dangkat dalam karya sastra, genre
dan struktur penulisan.
3. kritik feminisme sosial
mengkaji para tokoh perempuan yang terdapat dalam sebuah karya sastra, dilihat dari
sudut pandang kelas sosial dan kedudukan dalam keluarga. 4. Kritk feminis-psikoanalisis
meneliti karya para perempuan, kritik ini di terapkan pada tulisan-tulisan
wanita karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita mengidentifikasikan
dirinya pada posisi tokoh wanita. 5. Kritik feminisme lesbian hanya mengkaji
penulis perempuan saja, namun masih terbatas karena beberapa factor yaitu.
Pertama, para feminis pada umumnya tidak menyukai kelompok perempuan
homoseksual dan memandang mereka sebagai feminis radikal, kedua, waktu tulisan-tulisan
tentang perempuan bermunculan pada tahun 1979-an. Jurnal-jurnal perempuan tidak
ada menulis tentang lesbianism. Ketiga, kaum lebian belum mampu mencapai
kesepakatan tentang definisi lesbian, keempat, disebabkan sikap antipasti para
feminis dan masyarakat, penulis lesbian terpaksa dalam bahasa yang terselubung
serta menggunakan lambing-lambang, disamping menyensor sendiri. 6. Kritik
feminis etnik dan ras tentang perbedaan warna kulit, yang saat ini kelompok
yang memiliki warna kulit hitam di deskriminasi.
Pembahasan
Dialog Seorang Anak Dengan Ibunya Tentang
Lukisan Bunga-Bunga
‘’
Apakah rumah ini masih menyimpan cinta ,’’
Tanya
soerang anak kepada ibunya.
Di
sudut ruangan, seorang anak merangkul
kedua
kakinya yang telanjang
kemudian
dengan perlahan air mata membasuh telapak kakinya
‘’Apakah
masih tersimpan keindahan di rumah ini?
Masih
ku ingat lukisan bunga di dindingnya tertata menjadi bahagia’’
‘’
ibumu tak sempat lagi menciumi rumah ini
dengan
lukisan bunga-bunga,’’ jawab ibunya yang tertunduk
lesu
dengan suara parau di atas ranjang yang kemarin
di
sulam dari benang berwarna
‘’
Kemana ayah menyimpan lukisan itu
yang
katanya akan dihadiahkan untukku’’
‘’
lukisan itu telah dibuangnya, anakku’’
Telapak kakinya kaku
membatu.
Puisi diatas ialah puisi dari Chory
Marbawi penyair Jambi yang sekilas yang saya tangkap kemudian dapat saya simpulkan
sekaligus sebagai analisis yang berkenaan dengan karya sastra dari segi
feminisme yang di bahas, puisi ini menceritakan seorang anak yang bertanya
tentang lukisan kebahagiaan yang akan dihadiahkan olehnya kepada ibunya, namun
lukisan itu telah dibuang oleh ayahnya, hal itu membuat si anak tidak merasakan
cinta dan kasih sayang dirumah, entah apa arti dari sebuah lukisan yang memberikan
sebuah kebahagia di dalam keluarga, mungkin lukisan sebagai simbol kebahagiaan
yang menjadi kenangan dan sejarah, bahwa kebahagiaan yang dialami selama ini
tidak tergambar lagi di dalam rumah, si anak merindukan akan hal tersebut yang
biasanya merasakan kebahagiaan di rumah, namun setelah ia pulang ia tidak mendapatkan
kebahagiaan lagi, hanya mendapati seorang ibu yang terbaring lemah di atas
ranjang, ada sebuah perubahan yang berarti di dalam keluarga, feminism di dalam
puisi ini hanya membahas tentang seorang perempuan atau ibu di dalam ruang
lingkup keluarga saja, namun kajian feminism dalam puisi ini sangat menarik
untuk di kaji, karna ada beberapa hal yang menarik untuk di bahas, salah
satunya adalah menurut saya dalam puisi ini, sosok seorang ibu sangat
bertentangan dengan konsep feminism itu sendiri, dimana seorang ibu di dalam
puisi ini tidak menggambarkan atau mencerminkan seorang wanita yang kuat dan
memperjuangkan kaum wanita, dalam puisi ini terkesan adanya kelemahan yang di
munculkan di dalam isi dari puisi ini.
Dalam puisi ini, gaya feminisme
tidak mendukung dengan karakter ibu yang tergambar, karakter ibu sangat
bertolak belakang dengan faham feminisme, faham feminisme menuntut adanya
kekuatan dari seorang perempuan, mengangkat harkat dan martabat perempuan,
menyamakan derajat laki-laki dengan perempuan. Tokoh ibu di dalam puisi ini
menggambarkan seorang ibu rumah tangga yang lemah, hanya bisa mengatakan apa yang
sebenarnya terjadi, tidak ada kesan seorang wanita yang tegas dan memiiki
karakter feminism, hanya pasrah akan keadaan yang terjadi, mungkin yang menjadi
alasan seorang ibu terkesan lemah ialah dalam kondisi sakit, tergambar pada
baris jawab ibunya yang tertunduk lesu
dengan suara parau diatas ranjang yang kemarin di sulam dari benang berwarna. Hal
tersebutlah yang membuat puisi ini terkesan kurang ada nya feminisme dari tokoh
ibu. Faktor lain dari segi pengarang yang mungkin dalam puisi ini mengutamakan
segi kehidupan dalam keluarga, menggambarkan konflik dalam keluarga, bukan
menggambarkan segi feminism.
Puisi ini tidak menfokuskan
pembahasan isinya dari segi feminism, hanya ada sedikit kaitan dengan segi
feminism, namun apa yang di gambarkan setidaknya memberikan sesuatu
pembelajaran baru dari isi puisi ini, yang secara tidak langsung juga berkenaan
dengan konsep feminism, puisi ini menekankan kehidupan dalam kehidupan keluarga
sehari-hari, dimana ada cerita yang ingin di sampaikan yang memiliki makna yang
mendalam, yang dapat memberikan efek sadar akan arti dari kehidupan dalam
keluarga, peran ibu dalam keluarga, dan peran-peran anggota dalam keluarga yang
baik.
Dilihat dari segi lain, ibu di dalam
puisi ini menggambarkan ibu yang tegar walaupun lemah, mungkin disinilah letak
feminisme dari puisi ini, namun secara kasat mata tidak tergambar sama sekali
faham feminism, hanya saja pada saat membaca dan ingin mengaitkan serta ingin
menganalisis puisi ini, ternyata cukup menarik.
Feminisme yang tergambar mungkin
pengarang lebih mengetahui pasti dimana letak feminismenya, dilihat dari
seorang ibu yang sabar, yang masih menunggu anaknya pulang, disitu menurut saya
juga berkaitan dengan feminism seorang perempuan, karena menurut saya feminisme
bukan hanya dilihat dari kesamaan antara laki-laki dan perempuan, melainkan
juga dapat dilihat dari kesabaran dan kelembutan seorang perempuan.
Dari segi lain isi dari puisi ini,
lebih menfokuskan penggambaran kehidupan atau peristiwa dalam sebuah keluarga,
dimana ada anak, ibu, dan bapak yang sering kali mengalami konflik dalam
keluarga, baik konflik kecil maupun besar, semuanya tidak dapat dihindari lagi,
semua keluarga pasti pernah mengalami konflik dalam keluarga, nah, seorang ibu
lah yang berperan di dalam kehidupan keluarga, ibu kerap kali sebagai pelerai
konflik dalam keluarga, banyak peran yang diperankan seorang ibu di dalam
keluarga, ibu sebagai penasihat untuk anak-anaknya, mengajarkan kebaikan untuk
anak-anaknya, menjadi istri yang baik bagi suaminya, hal tersebut mengaitkan
ibu rumah tangga juga merupakan penggerak faham feminisme, dimana ada kekuatan
yang lembut di balik kelemahan seorang ibu.
Penutup
Kesimpulan
Bahwasanya kajian feminism puisi Dialog
Seorang Anak Dengan Ibunya Tentang Lukisan Bunga-Bunga menggambarkan kehidupan
keluarga namun sangat menarik untuk dianalisis dari segi feminism, ada hal-hal yang
menurut saya berkaitan dengan teori feminism, walaupun secara umum bertentangan
dengan paham feminism.
Dalam puisi ini mencerminkan seorang
perempuan dari segi kelembutan dan ketegaran, bukan perempuan yang tegas dan
kuat, namun menurut saya ada kesamaan dalam hal menghadapi sebuah masalah,
masalah dalam keluarga.
Daftar Pustaka
Bahan
Ajar Mata Kuliah Teori Sastra semester 2 oleh EM Yogiswara
Wikipedia.com