Kamis, 25 Juni 2015

Analisis Feminisme



Analisis karya sastra Feminisme puisi Chory Marbawi ‘Dialog seorang Anak Dengan Ibunya Tentang Lukisan Bunga-bunga’
Nama :  Anju Arwani
NIM    :  A1B114016
Kelas   :  2/B Reguler
Prodi   :  Pend. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
No Hp : 08983772493

Pendahuluan
Latar Belakang
            Feminisme itu sendiri berasal dari kata Feminism (Inggris) yang berarti gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria (Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan Ketiga) Pengertian feminisme juga dikemukakan oleh Kutha Ratna dalam buku yang , berjudul “Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra” mendefinisikan feminisme secara etimologis berasal dari kata femme (woman), yang berarti perempuan (tunggal) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial.
Perjuangan feminisme tersebut dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya lewat karya sastra. Dalam karya sastra membicarakan feminisme berarti membicarakan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam perspektif gender.
            Adapun feminisme bertujuan meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara, salah satunya memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki (Djajanegara, 2000:4).
Kritik sastra feminisme banyak jenisnya, menurut Djajanegara (2000:27:39), ada enam jenis dari kritik sastra feminisme yaitu 1. Kritik ideologis yaitu kritik yang mempertajam pisau analisis feminisme terhadap citra seorang perempuan terhadap karya sastra, juga menganalisis sebab-sebab tidak diperhitungkannya perempuan dalam menciptakan sebuah karya sastra, 2. Kritik yang mengkaji penulis-penulis wanita yaitu kajian yang dipusatkan pada analisis sejarah para sastrawan perempuan, tema yang dangkat dalam karya sastra, genre dan struktur penulisan.
3. kritik feminisme sosial mengkaji para tokoh perempuan yang terdapat dalam sebuah karya sastra, dilihat dari sudut pandang kelas sosial dan kedudukan dalam keluarga. 4. Kritk feminis-psikoanalisis meneliti karya para perempuan, kritik ini di terapkan pada tulisan-tulisan wanita karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita mengidentifikasikan dirinya pada posisi tokoh wanita. 5. Kritik feminisme lesbian hanya mengkaji penulis perempuan saja, namun masih terbatas karena beberapa factor yaitu. Pertama, para feminis pada umumnya tidak menyukai kelompok perempuan homoseksual dan memandang mereka sebagai feminis radikal, kedua, waktu tulisan-tulisan tentang perempuan bermunculan pada tahun 1979-an. Jurnal-jurnal perempuan tidak ada menulis tentang lesbianism. Ketiga, kaum lebian belum mampu mencapai kesepakatan tentang definisi lesbian, keempat, disebabkan sikap antipasti para feminis dan masyarakat, penulis lesbian terpaksa dalam bahasa yang terselubung serta menggunakan lambing-lambang, disamping menyensor sendiri. 6. Kritik feminis etnik dan ras tentang perbedaan warna kulit, yang saat ini kelompok yang memiliki warna kulit hitam di deskriminasi.
Pembahasan
            Dialog Seorang Anak Dengan Ibunya Tentang Lukisan Bunga-Bunga
‘’ Apakah rumah ini masih menyimpan cinta ,’’
Tanya soerang anak kepada ibunya.

Di sudut ruangan, seorang anak merangkul
kedua kakinya yang telanjang
kemudian dengan perlahan air mata membasuh telapak kakinya
‘’Apakah masih tersimpan keindahan di rumah ini?       
Masih ku ingat lukisan bunga di dindingnya tertata menjadi bahagia’’

‘’ ibumu tak sempat lagi menciumi rumah ini
dengan lukisan bunga-bunga,’’ jawab ibunya yang tertunduk
lesu dengan suara parau di atas ranjang yang kemarin
di sulam dari benang berwarna

‘’ Kemana ayah menyimpan lukisan itu
yang katanya akan dihadiahkan untukku’’

‘’ lukisan itu telah dibuangnya, anakku’’

Telapak kakinya kaku membatu.
            Puisi diatas ialah puisi dari Chory Marbawi penyair Jambi yang sekilas yang saya tangkap kemudian dapat saya simpulkan sekaligus sebagai analisis yang berkenaan dengan karya sastra dari segi feminisme yang di bahas, puisi ini menceritakan seorang anak yang bertanya tentang lukisan kebahagiaan yang akan dihadiahkan olehnya kepada ibunya, namun lukisan itu telah dibuang oleh ayahnya, hal itu membuat si anak tidak merasakan cinta dan kasih sayang dirumah, entah apa arti dari sebuah lukisan yang memberikan sebuah kebahagia di dalam keluarga, mungkin lukisan sebagai simbol kebahagiaan yang menjadi kenangan dan sejarah, bahwa kebahagiaan yang dialami selama ini tidak tergambar lagi di dalam rumah, si anak merindukan akan hal tersebut yang biasanya merasakan kebahagiaan di rumah, namun setelah ia pulang ia tidak mendapatkan kebahagiaan lagi, hanya mendapati seorang ibu yang terbaring lemah di atas ranjang, ada sebuah perubahan yang berarti di dalam keluarga, feminism di dalam puisi ini hanya membahas tentang seorang perempuan atau ibu di dalam ruang lingkup keluarga saja, namun kajian feminism dalam puisi ini sangat menarik untuk di kaji, karna ada beberapa hal yang menarik untuk di bahas, salah satunya adalah menurut saya dalam puisi ini, sosok seorang ibu sangat bertentangan dengan konsep feminism itu sendiri, dimana seorang ibu di dalam puisi ini tidak menggambarkan atau mencerminkan seorang wanita yang kuat dan memperjuangkan kaum wanita, dalam puisi ini terkesan adanya kelemahan yang di munculkan di dalam isi dari puisi ini.
            Dalam puisi ini, gaya feminisme tidak mendukung dengan karakter ibu yang tergambar, karakter ibu sangat bertolak belakang dengan faham feminisme, faham feminisme menuntut adanya kekuatan dari seorang perempuan, mengangkat harkat dan martabat perempuan, menyamakan derajat laki-laki dengan perempuan. Tokoh ibu di dalam puisi ini menggambarkan seorang ibu rumah tangga yang lemah, hanya bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, tidak ada kesan seorang wanita yang tegas dan memiiki karakter feminism, hanya pasrah akan keadaan yang terjadi, mungkin yang menjadi alasan seorang ibu terkesan lemah ialah dalam kondisi sakit, tergambar pada baris jawab ibunya yang tertunduk lesu dengan suara parau diatas ranjang yang kemarin di sulam dari benang berwarna. Hal tersebutlah yang membuat puisi ini terkesan kurang ada nya feminisme dari tokoh ibu. Faktor lain dari segi pengarang yang mungkin dalam puisi ini mengutamakan segi kehidupan dalam keluarga, menggambarkan konflik dalam keluarga, bukan menggambarkan segi feminism.
            Puisi ini tidak menfokuskan pembahasan isinya dari segi feminism, hanya ada sedikit kaitan dengan segi feminism, namun apa yang di gambarkan setidaknya memberikan sesuatu pembelajaran baru dari isi puisi ini, yang secara tidak langsung juga berkenaan dengan konsep feminism, puisi ini menekankan kehidupan dalam kehidupan keluarga sehari-hari, dimana ada cerita yang ingin di sampaikan yang memiliki makna yang mendalam, yang dapat memberikan efek sadar akan arti dari kehidupan dalam keluarga, peran ibu dalam keluarga, dan peran-peran anggota dalam keluarga yang baik.
            Dilihat dari segi lain, ibu di dalam puisi ini menggambarkan ibu yang tegar walaupun lemah, mungkin disinilah letak feminisme dari puisi ini, namun secara kasat mata tidak tergambar sama sekali faham feminism, hanya saja pada saat membaca dan ingin mengaitkan serta ingin menganalisis puisi ini, ternyata cukup menarik.
            Feminisme yang tergambar mungkin pengarang lebih mengetahui pasti dimana letak feminismenya, dilihat dari seorang ibu yang sabar, yang masih menunggu anaknya pulang, disitu menurut saya juga berkaitan dengan feminism seorang perempuan, karena menurut saya feminisme bukan hanya dilihat dari kesamaan antara laki-laki dan perempuan, melainkan juga dapat dilihat dari kesabaran dan kelembutan seorang perempuan.
            Dari segi lain isi dari puisi ini, lebih menfokuskan penggambaran kehidupan atau peristiwa dalam sebuah keluarga, dimana ada anak, ibu, dan bapak yang sering kali mengalami konflik dalam keluarga, baik konflik kecil maupun besar, semuanya tidak dapat dihindari lagi, semua keluarga pasti pernah mengalami konflik dalam keluarga, nah, seorang ibu lah yang berperan di dalam kehidupan keluarga, ibu kerap kali sebagai pelerai konflik dalam keluarga, banyak peran yang diperankan seorang ibu di dalam keluarga, ibu sebagai penasihat untuk anak-anaknya, mengajarkan kebaikan untuk anak-anaknya, menjadi istri yang baik bagi suaminya, hal tersebut mengaitkan ibu rumah tangga juga merupakan penggerak faham feminisme, dimana ada kekuatan yang lembut di balik kelemahan seorang ibu.




Penutup
Kesimpulan
            Bahwasanya kajian feminism puisi Dialog Seorang Anak Dengan Ibunya Tentang Lukisan Bunga-Bunga menggambarkan kehidupan keluarga namun sangat menarik untuk dianalisis dari segi feminism, ada hal-hal yang menurut saya berkaitan dengan teori feminism, walaupun secara umum bertentangan dengan paham feminism.
            Dalam puisi ini mencerminkan seorang perempuan dari segi kelembutan dan ketegaran, bukan perempuan yang tegas dan kuat, namun menurut saya ada kesamaan dalam hal menghadapi sebuah masalah, masalah dalam keluarga.

Daftar Pustaka
Bahan Ajar Mata Kuliah Teori Sastra semester 2 oleh EM Yogiswara
Wikipedia.com

Analisis Semiotik



Analisis semiotik Karya sastra Puisi ‘ Ditulang Belulang Yang Terlanjur Membeku’ Karya EM Yogiswara
Nama : Anju Arwani
NIM : A1B114016
Kelas : 2/B Reguler
Prodi : Pend. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
No HP : 08983772493


BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
A.    Latar Belakang
Semiotik (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda atau sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980).
A.Teew (1984: 6) mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakan menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun. Menurut Pradopo (2005: 121), semiotik merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian masyarakat). Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti konvensional masyarakat. Teori semiotik tidak terlepas dari kode-kode untuk member makna terhadap tanda yang ada dalam karya sastra. Kode-kode merupakan objek semiotik sebab kode-kode itu merupakan sistem-sistem yang mengatasi dan menguasai pengirim dan penerima tanda atau manusia pada umumnya (Pradopo, 1995: 26).
Teori semiotik memperhatikan segala faktor yang ikut memainkan peranan dalam komunikasi, seperti faktor pengirim tanda, penerimaan tanda, dan struktur tanda itu sendiri. Berdasarkan penjelasan diatas diketahui karya sastra itu merupakan struktur bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Dalam usaha menangkap, memberi, dan memahami makna yang terkandung didalam karya sastra, pembacalah yang sangat berperan. Karya sastra tidak akan mempunyai makna tanpa ada pembaca yang memberikan makna kepadanya.

Perkembangan sastra sekarang ini sangat pesat dan keluar dari kaidah-kaidah penulisan yang ada. Banyak hal-hal baru yang muncul dan tidak sesuai dengan konvensi-konvensi.
Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.
Semiotik seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo yaitu bahwa bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna cat sebelum digunakan dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa sedangkan kata-kata (bahasa) sebelum dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentukan oleh konvensi-konvensi masyarakat. Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut dengan semiotik. Begitu pula ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda itu disebut semiotika (2009:121).



BAB II
PEMBAHASAN
‘ Ditulang Belulang Yang Terlanjur Membeku ‘ Karya EM yogiswara, adalah salah satu puisinya dari sekian puisi yang pada setiap puisinya ada kata tulangnya. Tidak tahu pasti mengapa beberapa puisinya menggunakan kata tulang, yang pasti kata tulang berkaitan dengan simbol-simbol kiasan dari pemaknaan sebuah puisi, dan juga merupakan ciri khas dari pengarangnya. Yang pasti sesuatu yang menurut pengarang menjadi simbol yang pas untuk mengungkapkan sesuatu, itu berarti memiliki makna yang sangat dalam, dan kadangkala berkaitan dengan pengalaman kehidupan.
Ditulang Belulang Yang Terlanjur Membeku
ia mengamuk pada badai
yang menyempurnakan derita
di titik putaran beliungnya
luka membeku
huruf-huruf berhamburan mencari nisan

nisan menanti nama. liang rindu tubuh
tapi lalai menyiapkan kafan dan wewangian
sebab perburuan waktu sibuk menyapu debu-debu
di tulang belulang yang terlanjur membatu

ia melukai tulang. setiap menit
tanpa sempat menutup lukanya

tangis mengejar air mata
seperti membangun kedewasaan
di titik retak sungainya rindu menari
mengakhiri kemelut detik

detik menusuk tulang
membagi sumsum hari
di tiap gemeretak ngilunya
nisan menanti

Ada sebuah keindahan yang mendasar di dalam puisi ini, kata tulang yang menjadi simbol sangat menarik untuk di kaji dari segi semiotik, menggambarka sebuah kehidupan yang tidak selamanya mulus, kehidupan menyuguhkan berbagai lika-liku yang tak selamanya baik, yang sebenarnya merupakan sebuah ujian dari yang maha kuasa, yang menghendaki manusia-manusia di muka bumi ini sadar akan arti sebuah kehidupan di dunia, seperti dalam bait pertama, badai di simbolkan sebuah bencana, dan dapat juga kita artikan sebuah kehidupan tidak ada yang selalu baik, pasti ada tantangan dan rintangan, penderitaan yang menghampiri, dan adakala rasa putus asa selalu ada di dalam benak, yang membuat manusia merasa tidak berarti di dalam hidup, merasa tidak ada keadilan di dalam hidup, dan merasa hidupnya selalu di rundung keburukan, maka dari itu simbol nisan di sini, mengungkapkan bahwa kehidupan memiliki akhir, namun akhir dari kehidupan tergantung manusia menyikapinya, jangan sampai akhir kehidupan manusia adalah akhir yang sia-sia.
Pada bait kedua semakin memperkuat arti dari kata tulang, kata tulang menjadi simbol bahwa manusia akan menghampiri maut, manusia akan menghadapi yang namanya kematian, bait kedua ini, menggambarkan kehidupan manusia yang dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini, sibuk dengan kegiatan duniawi, yang sebenarnya dunia hanya tempat persinggahan, namun manusia mengekalkan dunia, dunia adalah harta yang berharga, yang dapat melupakan manusia kan kehidupan akhir yang sebenarnya lebih fana.dalam bait ini kata kafan dan wewangaian menyimbolkan bahwa manusia kadang melupakan apa yang seharusnya di lakaukan atau bahkan di persiapkan, manusia lupa bahwasanya ia akan menghadapi kematian, kematian menuntut prilaku didunia, berbuat baik di dunia, maka baik pula keadaan di akhiratnya, maka dari itu, puisi bait kedua ini mengingatkan kepada pembaca, banhwasanya kita sebagai manuisa, siap-siap menghadpi kematian, jangan sampai pada waktunya, kita tidak memiliki persiapan apa-apa menghadapi alam selanjutnya.
Pada bait ketiga, yang pada akhirnya simbol dari tulang, lagi-lagi prilaku manusia yang selalu tidak sadar akan kesalahan-kesalahannya, perbuatan yang merugikan diri, tak sempat di sadari dalam diri, dikarenakan lupa bahwasanya ia belum sadar, dan bahkan ia tidak tahu kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuatnya, itulah sifat yang kadangkala menghampiri manusia, ditengah sibuknya manusia, yang membuat manusia lupa membedakan mana yang baik dan mana yang salah, dan yang pasti, kesalahan berlalu begitu saja, tanpa ada kesadaran diri.
Adapun pada bait ke empat, kata air mata dan kedewasaan menjadi simbol kesadaran, manusia pada saat-saat tertentu, misalnya terjadi musibah yang menimpa, yang sangat merugikan, barulah manusia merasakan luka, maka timbul sikap kesadaran akan kesalahan yang di perbuat sehingga terjadi musibah ini, di situlah kadang manusia terlihat dewasa, menyadari kesalahan, kembali bersikap baik, dan mengakui dan merubah kesalahan menjadi kebaikan. bertambahnya umur manusia, semakin hari semakin tua, maka kedewasaan dan kesadaran akan perbuatan buruk yang pernah di perbuat di akui, barulah manusia ingin berubah.
Kata detik pada bait terakhir, sebagai simbol umur manusia semakin hari semakin bertambah, semakin hari manusia semakin tua, maka pada waktu penuaan, barulah manusia terpanggil untuk melakukan kebaikan, karena pengalam hidup yang telah banyak, barulah manuisa dapat mengkaji kebenaran dan keburukan, dan merasakan bahwa kebaikan itu akan berdampak baik di kemudian hari, dan keburukan akan berdampak bururk bagi kehidupan kedepannya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Simbol merupakan sesuatu yang menjadi bahan kiasan dari sebuah ungkapan, contohnya kata tulang pada puisi-puisinya EM Yogiswara, yang mewakili berbagai ungkapan yang memiliki makna yang sesuai. Apalagi dalam puisi Ditulang Belulang Yang Terlanjur Membeku yang banyak memiliki simbol-simbol, tanpa terkecuali kata tulang, yang sebagai simbol kehidupan manusia dalam menjalani kehidupan didunia.

Daftar Pustaka
Bahan Ajar Mata Kuliah Teori Sastra semester 2 oleh EM Yogiswara
Wikipedia.com

Sastra Bandingan



Sastra Bandingan
Membandingkan dua puisi:
Danau Sipin Karya Thomas Prasetya (Mahasiswa Universitas Jambi)
Danau sipin karya Meysa Sintia (Mahasiswa Universitas Jambi)
Di analisis oleh:
Nama : Anju Arwani
Kelas : 2/B Reguler
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah


PENDAHULUAN
Menurut Basnett (1993:1),sastra bandingan adalah studi teks lintas budaya,berciri antar disiplin dan berkaitan dengan pola hubungan dalam kesusastraan lintas ruang dan waktu.sesuai dengan pendapat basnett ini,kajian sastra bandingan setidak-tidaknya harus ada dua objek sastra yang di bandingkan.kedua objek karya sastra itu adalah karya sastra dengan latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan latar belakang budaya itu dengan sendirinya juga berbeda dalam ruang dan waktu.
      Sastra bandingan merupakan disiplin baru dalam kesusastraan melayu,baik di Indonesia,Malaysia,maupun berunai Darussalam. Hutomo menyatakan bahwa istilah sastra bandingan merupakan terjemahan dari bahasa inggris,comparative literature,atau dari bahasa prancis,la literature compare.
      Kajian bandingan merupakan kajian antara dua karya sastra yang di batasi oleh beberapa ketentuan seperti Negara,bangsa dan bahasa. Salah satu titik terpenting dalam kajian sastra bandingan adalah pengaruh. Menurut Saman kajian pengaruh dalam kesusastraan bandingan melakukan kerja membandingkan bahasa bacaan antara yang sedang dihadapi dengan segala bacaan yang telah silam.
      Semua sastra memiliki persamaan dan perbedaan-perbedaan. Adapun persamaan dan perbedaan-perbedaan itu memunculkan studi untuk membandingkan dan mencari sebab-sebab timbulnya persamaan dan perbedaan. Di Prancis sastra bandingan di pelopori oleh Fernand Baldensperger,Jean marir carre,paul Van Tieghem,dan Marius-Francois Guyard.
Sastra bandingan kemudian menjadi dua aliran, yaitu aliran perancis dan aliran Amerika. Aliran Prancis di sebut aliran lama,sedangkan aliran Amerika dinamakan aliran baru.
Aliran Prancis menekankan perbandingan karya sastra dari Negara yang berbeda,sedangkan aliran Amerika disamping membandingkan dua karya sastra yang berbeda,juga membandingkan karya sastra dengan bidang ilmu dan seni tertentu.
PEMBAHASAN
Begitupula dengan dua puisi lokal ini,yang di karang oleh dua dua mahasiswa sastra,yaitu Thomas Prasetya dan Miranti Julia Ulandari,yang tidak hanya memiliki jiwa penyair,juga memiliki pandangan yang sama tentang kota asalnya yaitu kota jambi,terlihat jelas pandangan imajinasi dalam puisi yang dikarangnya yang judulnya sama-sama Danau Sipin,salah satu danau yang terletak di kota jambi. Kemiripan judul puisi ini tidak hanya dari judulnya saja,bahkan isinya menggambarkan hal yang sama sesuai kenyataan yang ada,namun di balik kesamaan itu memiliki pandangan berbeda terhadap objek Danau sipin tersebut,ketidaksamaan nya dilihat dari majas yang di gunakan,pilihan kata,imajinasi yang ada sedikit perbedaan,dan irama yang di hasilkan. Puisi Thomas Prasetya melukiskan sebuah keindahan yang di anugrahkan oleh tuhan kepada umatnya sebuah danau sipin yang banyak memberikan manfaat dari segala sumber yang dihasilkannya,mulai dari ikan-ikan yang banyak,yang bisa di tangkar di sana,yang tentunya membantu perekonomian warga yang tinggal di sekitar danau,tidak hanya itu,danau sipin menganugehkan sebuah keindahan yang sangat mempesona,pada sore hari kita dapat melihat matahari terbenam,hal tersebut menyuguhkan keindahan bagi orang-orang yang melihat. Dalam puisi Miranti Julia Ulandari juga melukiskan sebuah keindahan Danau Sipin,namun dengan cara yang berbeda,keindahan yang tergambar adalah keindahan alam yang masih asri di sekitar danau,kenyamanan pada saat bersantai ria di sekitar danau,di selingi dengan memancing. Dalam puisi ini juga menggambarkan begitu besar manfaat dari danau sipin,puisi menggambarkan menangkap ikan di sana sangat lah muda,cukup melempar kail pancing maka ikan akan segera memakan kail pancing, tidak hanya itu,tenangnya air sungai memberikan manfaat bagi para warga disana,pada saat berperahu warga tidak usah kuatir,karena air danau bersifat tenang,tidak ada arus disana.
Dalam puisi Danau Sipin oleh Thomas Prasetya majas yang di pakai terlihat sederhana,menggunakan majas personifikasi,terlihat pada kutipan dalam kalimat terlahir dibumi sang penyejuk,pemberi nafkah,sebuah harapan terlihat tangisan siliran matahari di seberang,menggambarkan bahwasanya Danau sipin diibaratkan sebuah objek hidup,sebagai pemberi nafkah,sebuah danau terlahir sebagai sang penyejuk,dan juga ada kata-kata tangisan siliran matahari di seberang. Kesederhanaan majas yang digunakan membuat puisi ini terkesan kurang menantang namun indah di dengar,pengarang sangat pandai sekali memberikan kata-kata sederhana namun indah di baca,dan juga memberikan makna yang begitu sangat konfleks,mewakili kehidupan para nelayan yang hidup di sekitar danau sipin dan orang-orang yang berkunjung di danau sipin.
Sedangkan puisi Danau Sipin Oleh Miranti Julia Ulandari memiliki majas yang beragam,yang sangat bervariasi,rata-rata setiap kata-kata mengandung makna tersendiri yang tidak mudah untuk langsung dimengerti,hal tersebutlah yang membuat puisi Miranti sangat memerlukan pemahahaman kosa-kata yang banyak agar mudah untuk mengerti makna setia barisnya,dengan begitu pembaca dengan mudah memahami makna puisi ini, Namun itu merupakan kelebihan yang dimiliki oleh pengarang,pengarang sangat menghargai aturan dalam penulisan puisi yang salah satu yang harus terkandung dalam puisi yaitu padat kata, puisi Miranti sangat padat kata maka dari itu puisi ini sangat baik. Majas dalam puisi ini sangat mendukung sekali dalam pencampaian maksud sari puisi ini,terlihat ada kata-kata ozon,aborsi,abracadabra,sepoi,permai melukiskan sebuah keindahan dalam kata nya, Namun tetap tidak menyimpang jauh dengan objek sebenarnya yang di gambarkan.
Imaji yang di gambarkan dalam puisi Danau Sipin karya Thomas prasetya berimajinasikan sebuah manfaat dari danau itu sendiri,kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya terhadap danau sipin,keindahan-keindahan danau sipin itu sendiri juga di gambarkan dalam puisi Thomas ini,terlihat bahwa danau sipin memiliki berbagai macam manfaat bagi warganya,mulai dari ikan yang mudah di dapat,kesejukan yang di hasilkan dari alam sekitarnya,menepis sebuah kegersangan bagi kota,tempat pelihara ikan dll. Adapun kehidupa sosial masyarakat tergambar bahwa keberadaan sungai danau sipin tidak di jaga dengan baik pada awalnya,namun kesadaran warga bahwa pentingnya melestarikan danau sipin akhirnya danau sipin terjaga sampai sekarang oleh orang-orang yang sadar akan pentingnya melestarikan danau sipin karena begitu banyaknya manfaat yang di hasilkan, tidak hanya itu danau sipin dengan keindahannya membuat para pengunjung ramai –ramai berkunjung,apalagi pada sore hari,menikmati danau yang begitu tenang,membuat hati menjadi damai.
Sedangakan dalam puisi Danau sipin karya Miranti Julia Ulandari berimajiasikan manfaat dari danau sipin,seperti kata aborsi karbon,bentengi ozon,acungkan saja jentikmu,Abracadabra!,ikan kan melayatinya.tergambar sekali bahwa danau sipin memiliki kekayaan ikan yang melimpah,dan keindahan alam yang masih asri belum terkontaminasi pada keadaan limbah yang sangat berbahaya,seperi air tenangnya memberikan kesejukan bagi pengunjung pada sore hari,di sana juga banyak para pemancing ,manfaat-manfaat tersebut mengamanatkan bahwa danau sipin perlu di jaga dan di lestarikan.
Kalau kita berbicara tentang rima yang di hasilkan dari bunyi kedua puisi ini memiliki begitu banyak perbedaan,dalam rima puisi danau sipin karya Thomas prasetya begitu sederhana dan sangat puitis,kepuitisan dari puisi Thomas membuat kesederhanaan nya menjadi istimewa,pada saat di baca tampak keindahan rima nya terasa.
Sedangkan rima puisi Danau sipin karya Miranti Julia Ulandari begitu sangat menantang tergambar jelas begitu singkat namun padat makna,hal tersebut yang membuat puisi ini sangat berirama hentak yang kuat.
 Amanat yang ingin di sampaikan dalam puisi Thomas Prasetya yaitu di dalam puisi nya menggambarkan seolah-olah danau sipin itu hidup,dia terlahir kebumi,memberikan manfaat bagi warganya,menjaga dari kegersangan kotanya,mengabadikan senyumannya bagi para warganya agar warganya selalu menjaganya dan memeliharanya,danau sipin memberikan seoptimal mungkin untuk warganya yang bisa bermanfaat untuk kelangsungan hidup warganya,namun ketidakpuasan warganya membuat rusak danau sipin,maka dari itu marilah kita melestarikan danau sipin karena danau sipin banyak memberikan manfaat bagi warga jambi baik dari sektor pemanfaatan maupun keindahan.
 Amanat yang di smapaikan dalam puisi Miranti bahwasanya di balik keindahan danau sipin memberikan segudang manfaat,ikan yang mudah di dapat dan tenangnya air membuat danau sipin menjadi tempat pemeliharaan ikan,selain itu asrinya danau sipin memberikan ketenangan bagi pengunjung danau sipin,maka dari itu apa salahnya kita menjaga agar danau sipin tidak terkena limbah,tidak ada sampah yang menggenang di danau,membiarkan pohon-pohon tetap tagak di sekitarannya,dan membuat danau sipin lebih di kenal lagi sebagai objek pariwisata yang ada di kota jambi.

DANAU SIPIN
Thomas Prasetya
Terlahir di bumi sang penyejuk
Pemberi nafkah,sebuah harapan
Terlihat tangisan siliran matahari di seberang
Tapi kau tetap tersenyum
Diantara lalu lalang makhluk tak pernah puas

DANAU SIPIN
Menepis semua kegersangan
Dikota yang tak pernah sepi
Kau abadikan sebuah senyuman
Memberi makna
Kau tempatkan semua keabadian

Untuk para pengawal-pengawal
Yang tak pernah lelah
Yang menempatkan mu bak selendang dari kayangan
DANAU SIPIN
Miranti Julia Ulandari

Tenang abrak di empangan
Aborsi karbon,bentengi ozon
Acungkan saja jentikmu
Abracadabra!

Ikan kan melayatinya
Cocari mencuak damai
Cukup abahakan,bundar di jingga timur menepi
Tak perlu bunian penarik Nyai
Dadu keberuntungan,permai
Bila telah sampai di penghujung
Kebatkan talinya,nikmati aku
Dalam siul sepoi angina,berlalu